MAKALAH ETHOS DALAM PERAN KOMUNIKATOR
Dosen Pembimbing
Ellys
Lestari Pambayun S.Sos M.Si
Oleh :
Muhammad Hisyam Bazarah
Semester V
Jurusan
Komunikasi & Penyiaran Islam
Fakultas
Dakwah
PROGRAM STUDI FILSAFAT KOMUNIKASI
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTATAHUN AKADEMIK 2018-2019
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur atas kehadirat Allah Swt Tuhan seluruh alam, dan
Shalawat serta salam untuk kekasih-Nya dan pemimpin segenap umat manusia ialah
Nabi Muhammad Saww, Ialah sang penyampai pesan Ilahi, Ialah seorang komunikator
ulung, Ialah Guru dari Imam Amirul Mukminin Ali ibn Abi thalib As yang terkenal
memiliki kefasihan tertinggi setelah Rasulullah Saww yang dimana
khutbah-khutbah dan kutipan-kutipan tersimpan dalam karya Syarif Radhi (Nahjul
balaghah)
Tentu kemampuan seperti itu tidak terbangun dalam sekejap,
membutuhkan proses demi proses dalam mencapainya, terdapat begitu banyak syarat
yang diliputi dengan nilai-nilai didalamnya, salah satu nilai yang harus di
penuhi ialah nilai “Ethos” karena ia merupan satu dari tiga
sumber kredibilitas sebagai komunikator yang baik.
Tidak diragukan lagi bahwa kedua sosok Agung As itu memiliki Ethos
yang luar biasa yang didapatkanya sedari muda yaitu Kecerdasan, Karakter,
Niat baik. Perlu rasanya untuk diulas lebih dalam lagi tentang Nilai Ethos
karena ini merupakan bagian dari suri
tauladan Rasul dan Ahlulbayt-Nya As apalagi pemakalah sendiri sebagai Mahasiswa
Dakwah yang lebih dituntut memiliki Ethos yang baik, maka dengan demikian
izinkan pemakalah menghadirkan makalah ini.
.
Jakarta, 14 Desember 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pesan menuntut adanya komunikator,
komunikator menuntut adanya komunikan, komunikan menuntut adanya kredibiltas
sehingga pesan-pesan ketika disampaikan bisa mudah diterima tentu ini bukanlah
pekerjaan muda seseorang pendakwah harus jauh lebih dulu mendakwai dirinya
sendiri sebelum mendakwai diluar sana.
Karena aneh rasanya dan sukarlah
diterima pesanya ketika pendakwah tidak melakukan apa yang ia katakana maka
dari itu (Quran surah As-Shaf ayat 3) menjelaskan bahwa kebencian dari Allah
lah yang diterima untuk siapa-siapa yang
mengatakan apa yang tidak dikerjanya, apalah harapan untuk didengar audiens
ketika Allah saja sudah membenci.
Faktor yang lain ialah ketidak-ikhlasan
seorang komunikator/pendakwah dalam menyampaikan pesanya sehingga tidak adil
dalam menyampaikan kebeneran yang dimaksud adalah ketika pendakwah tidak
objektif dalam melihat suatu permasalahan akan tetapi subjektif melihat siapa
yang ia bela dan mendapat keuntungan apa setelahnya.
Karakter dan kecerdasan adalah
permintaan luar (Komunikan) dalam (Komunikator) yang mesti terlenngkapi, maka
dari itu untuk menjadi pendakwah yang didengar membutuhkan Ethos sebagai
atributnya. Muncul pertanyaan “ apakah ada pendakwah yang tidak memiliki ethos,
yang saya tau semua pendakwah itu tulus, cerdas berkarakter?”
Maka dari itu pemakalah mencoba
menyajikan kasus komunikator/pendakwah yang kehilangan nilai ethos untuk
dijadikan sebagai bahan muhasabah diri agar setelahnya pemakalah dan para
pembaca semua diharapkan menjadi komunikator yang lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
Studi Kasus Bahar bin Smith sebagai Tersangka kasus
penghinaan Presiden RI Joko Widodo.
Pernyataan kontroversial Bahar bin smith yang akan diuraikan
sebagai berikut;
Ø presiden banci,
penghianat bangsa penghianat Negara, pemberi janji palsu.
Ø Kalo ada periode
kemarin periode sebelumnya yang pilih jokowi sebagai presiden tanggung jawab
dunia akhirat.
Ø Kalo kamu ketemu
Jokowi buka celananya jangan-jangan dia haid.
Ø Tukang meubel
kamu pilih jadi Presiden
Jika diteliti dan dianalisa dalam
segi nilai Ethos yang Aristoteles membaginya lagi menjadi 3 poin
penting yaitu; Kecerdasan, karakter, niat baik. Pemakalah percaya
walaupun seorang Arisototeles yang menjelaskan teori ini tetapi teori ini bisa
dijadikan barometer karena pemakalah rasa nilainya sangat Islami
1. Kecerdasan: kualitas kecerdasan pembicara dapat
terlihat dari kata-kata dan sikap bijaknya dalam menyebarkan nilai-nilai pada
sesama, mengerti betul situasi dan kondisi dimana ia berdakwah, paham sangat
akan Hukum-hukum Negara dan Agama yang ia anut. ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ
أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]:125)
2.
Karakter: Kualitas karakter pembicara dapat
tercermin dari ketulusan, kejujuran dan citra positif dirinya, seorang da’i
seharusnya berada dalam garda terdepan dalam mencontoh Akhlak Nabi Muhammad
Saww dalam berdakwah apalagi seorang yang mengaku sebagai keuturunan Nabi
Muhammad Saww yang dikenal sopan dan santun lagi indah dalam menyampaikan
pesan-pesanya, tentu begitu memalukan jika keadaanya berbalik bahkan bisa
dibilang menciderai citra Islam diluar sana
Citra Islam yang memburuk belakangan
ini dengan sebutan teroris dengan ungkapan bahwa Islam Agama yang tidak
memiliki cinta justru ungkapan Bahar bin Smith tambah memperkeruh keadaan. إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُوْنُ فيِ شَيْءٍ
إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ (رواه مسلم)
“Sesungguhnya, tidaklah kelembutan
itu ada pada sesuatu kecuali ia akan membaguskannya, dan tidaklah (kelembutan)
itu tercabut dari sesuatu, kecuali akan memburukkannya”
3. Niat baik: Kualitas niat baik dapat terpancar
dari penilaian positif pembicara terhadap audiensya. Seringkali niat baik
tercermin dari karakter dan dimensi dinamisme atau energy positif pembicara.
Aristoteles menegaskan,
“Sebelum kita memiliki pendengar
sejati, seorang pembicara harus memliki kecerdasan dan karakter yang sejati
terlebih dahulu.”
Allah
SWT berfirman: كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ
اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا
تَفْعَلُوْنَ“(Itu) sangatlah
dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS.
As-Saff 61: Ayat 3).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ethos merupakan Modal utama yang
harus dimiliki oleh setiap komunikator/pendakwah yang didalamnya terdapat 3
poin utama yaitu; Kecerdasan, karakter, niat baik. Islam adalah Agama CInta
Islam adalah Akhlak sehingga Rasul mengatakan bahwa “Aku diutus untuk
menyempurnakan Akhlak”
DAFTAR
PUSAKA
Pambayun, Ellys lestari. 2012. Communication quotient: kecerdasan
komunikasi dalam pendekatan Emosional dan Spiritual. Bandung. Penerbit PT Remaja Rosadakarya
No comments:
Post a Comment